Penulisan yang baik? Seperti apa ya..

Hello, semua! Kali ini author mau berbagi tentang penulisan yang baik itu bagaimana. Sering sekali saya temukan banyak penulis yang tergelincir dalam hal penulisan. Padahal karyanya bagus. Sayang, ‘kan? Makanya kali ini saya mau bahas sedikit tentang kesalahan-kesalahan dalam penulisan. Semoga bisa membantu…

1. Kapitalisasi

Banyak juga penulis yang kurang memperhatikan kapitalisasi. Padahal penting lho. Pengaruh juga untuk pembaca. Kalau penulis menggunakan kapitalisasi yang baik, pembaca pasti makin semangat deh bacanya.

– Huruf kapital digunakan pada awal kalimat. Ini dia nih…terkadang penulis tergelincir di sini. *termasuk saya kadang*

Misal: Dia tertidur. Aku menangis, dsb.

– Huruf kapital digunakan pada huruf pertama petikan langsung. Di sini juga masih banyak yang salah tuh.

Misal: “Kapan dia pulang dari Jerman?” tanyanya. Atau bisa juga… Gadis itu bertanya, “Kapan dia pulang dari Jerman?”

– Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan atau kitab suci. Termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misal: Allah, Yang Mahakuasa, Quran, Weda, Injil, Kristen. Atau… Semoga diterima di sisi-Nya.

– Huruf kapital digunakan di huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.

Misal: Nabi Muhammad, Sultan Hasanuddin

Sebaliknya, kalau tidak diikuti nama orang, tidak usah pakai huruf kapital.

Misal: Tahun ini rencananya dia akan berangkat haji.

– Huruf kapital dipakai di huruf pertama nama orang. Kadang aku ketemu sama kesalahan macam ini.

Misal: Annisa, Lee Sunghee, Griselda

– Huruf kapital untuk nama tahun, bulan, hari, peristiwa bersejarah, dan hari raya.

Misal: hari Minggu, bulan Februari, tahun Masehi

– Huruf kapital untuk geografi. Kadang ketemu juga nih sama kesalahan seperti ini.

Misal: Bandung, Kalimantan, Korea

– Huruf kapital untuk kata penunjuk hubungan kekerabatan.

Misal: Mobil ini dibelikan Ayah. Sepatu itu dibelikan Tante.

– Huruf kapital untuk kata ganti Anda.

Misal: “Senang bertemu dengan Anda.”

2. Huruf miring

– Digunakan untuk nama buku, majalah, atau surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misal: Dia sedang membaca majalah Korean Pop.

Digunakan untuk menegaskan kata.

Misal: Lelaki itu tidak membenci dirimu.

– Digunakan untuk menulis kata atau istilah asing.

Misal: Gadis itu mengidap penyakit schizophrenia.

3. Kata ganti ku, kau, mu, dan nya

Misal: Kulihat ia mengambil buku itu tanpa izin. Padahal jelas sekali buku itu milikku.

4. Penulisan partikel

Nah ini dia…author suka kepeleset di sini. Ternyata penulisan partikel pun itu dipisah dari kata depannya. Kata wikisource sih gitu..

Misal: Bagaimana pun, dia tetap terlihat tampan.

Nah, kalau lah sama kah disatukan.

Misal: Apalah artinya hidup tanpa musik? Bukankah musik itu indah?

Kalo per juga dipisah sama kata depannya.

Misal: Per hari ia digaji sebanyak Rp. 100.000,00.

5. Tanda Baca

Hayo…siapa yang suka tergelincir di sini? Ga apa-apa, ayo kita sama-sama belajar supaya tulisan kita semakin bagus!

Belakang kalimat harus ada tanda titik!

Nah, penting banget tuh. Saya kadang nemu juga penulisan yang tidak memakai titik. Padahal karyanya bagus. Sayang sekali, ‘kan? Dalam penulisan, tanda baca tidak boleh terlewatkan! Apalagi titik…penting banget tuh perannya.

Jangan lupakan koma!

Kasian dong kalo koma dilupakan. Biasanya saya nemu kesalahan di tanda baca yang satu ini saat sebelum kata tetapi sama melainkan. Contohnya: Aku ingin cepat pulang, tetapi kereta terlambat datang.

Koma juga dipakai untuk memisahkan induk kalimat dan anak kalimat. Hanya berlaku jika anak kalimat tidak mengiringi induknya. Misalnya: Karena terlambat, saya dimarahi.

Koma juga berfungsi untuk memisahkan O ya, Oleh karena itu, Jadi, Wah, dsb. Misal: O ya, kemarin saya melihat sebuah buku bagus.

Koma untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misal: “Aku sangat mengagumimu,” dia tersenyum, “karena kamu pintar dan baik hati.” Atau.. Kata Nisa, “Penulisan itu penting!”

Tanda tanya!

Bagian ini sih pasti sudah mengerti semua. Tapi aku mau menambahkan satu hal. Tanda tanya dalam kurung digunakan untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan. Misal: Anak direktur itu (?) diculik. Nah, ini berarti si pembuat kalimat ragu anak yang diculik itu anak direktur apa bukan.

Tanda petik tunggal gunanya untuk mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain. Misal: “Tadi dia berkata, ‘Aku akan pulang sekarang’ di telepon,” kata Grisel.

Apostrof gunanya untuk menyingkat kata atau tahun. Misal: “Iya, ‘kan?” “Saya lahir tahun ’96.”

6. Singkatan

Masih banyak saya temui singkatan-singkatan di dalam penulisan sebuah cerita. Misal: tiba2, selama.a, bgt, plg. Padahal itu kurang dianjurkan. Atau malah tidak boleh? Hehehe.. lebih enak juga kalau tidak disingkat. Ya, ‘kan?

Sebenarnya saya sedikit terganggu dengan singkatan semacam itu, makanya saya selalu memberi saran untuk tidak menyingkat jika saya temukan singkatan semacam itu. Saya sendiri sebisa mungkin menghindari menggunakan singkatan seperti itu dalam karya tulis yang saya buat.

Oh ya, tambahan. Setiap memakai kutip (“) tolong beri spasi. Misal: “Aku suka kamu,” ujarnya. Oke? Akan lebih enak dipandang kalau dikasih spasi, biar tidak berdesakan..

Oke, mungkin itu saja sekian dari saya. Ini hanya umumnya, kok. Kebanyakan kesalahan ya saya temukan di sini. Untuk lengkapnya, klik disini.

Bagaimana? Siap menjadi penulis yang baik? Wah kalau ceritanya bagus, penulisannya juga bagus, pasti pembaca seneng deh bacanya! 😀

59 thoughts on “Penulisan yang baik? Seperti apa ya..

  1. mrschokyuhyun says:

    mau tambah nis wkwkwk

    gelar/jabatan kalau tidak diikuti nama/negara ditulis biasa. contohnya

    1. presiden itu
    akan berbeda dengan Presiden
    Korea Selatan 😀

    wkwkwk

  2. dhikae says:

    wkwkwkw thu kan sunghee aku gak prnh bljr gituan *mksudnya aku gak prnh dgrin guru pas ngajar gituan/plakkk
    hmm.. aku ttp brusaha mngrti tpi susah utk dipraktekin ><
    yupss… gomawo atas masukannya ttg pnulisan hahaha

  3. amitokugawa says:

    wah..iya, kadang aku suka kepeleset di soal penulisan (bukan kadang lagi malah..hhe)
    aku kira partikel pun itu ada yg dipisah n ada yg digabung (aku jg lupa untuk kata2 apa aja, pernah baca dimana gitu)
    ternyata dipisah semua ya? trus yg ‘kan…aku sering lupa juga.
    trus spasi setelah kutip..hhe

    (harus sering2 baca EYD nih)
    makasih ya postingannya, bermanfaat banget lho!

  4. haeny_elfishy says:

    thx info-nya, tp brhubung unn ga pernah bikin ff , jd moga” hbs bca ni , nilai b.indo aja yg meningkat, wkwkwkwk

  5. The Dreamer says:

    wah, ini mengingatkan pada pelajaran EYD…^^
    gomaweo, aku juga sering salah kalo nulis!

    tapi, kata guru jurnalistik di sekolah, partikel “pun” itu ada yang dipisah, ada yang digabung, tergantung apaan, gitu!

    info yang sangat menarik!! 😀

  6. Cute Pixie says:

    annyeong^^
    baru pertama kali ngunjungi blog ini nih.. hehehe
    waw, thx chingu.. ilmunya bermanfaat, ternyata kesalahan dalam penulisan fanficku banyak O.O
    makasih atas infonya chingu.. 😀

  7. Sung Minra says:

    wah unn , jadi ternyata begitu
    aih , aku baru tau unn >//<
    oh ya , unnie kan sering baca FFku …, errr …, klo menurut unnie FFku ada salah banyak gak dalam penulisannya ?
    kkk~ mian jadi nanya2 gini unn hehe
    gomawo ya unnie sayang infonya hehe ^^

  8. Leedantae says:

    wah,, keren2!
    Nambah ilmu baru.
    Emang yg paling susah itu partikel. Apalagi bingung kalo udah nyangkut sama partikel ‘Pun’..
    Btw,, salam kenal 🙂

  9. vidiaf says:

    sunbae mau nanya, kalo abis kalimat langsung harus pake titik? maksudnya jadi gini (misal):
    “Aku belajar melupakanmu.”

  10. inspirasi says:

    mau tanya dong… partikel ‘lha’ itu ada ga sih sebenernya..
    contohnya seperti :
    “ga bakal sampe lha, ‘kan bensinnya ga cukup”

    mampir balik ya 😀

  11. ageng says:

    Tips penulisanya bagus nih 😀 tapi, kalau saya pribadi, sementara ini sih menulis blog cenderung masa bodoh dan melanggar sedikit (mungkin malah semua) aturan EYD. Saya rasa, ide bening yang biasanya hinggap di saat tidak tentu bisa melayang jauh hanya karena kita sibuk mengurusi ejaan, dsb.
    Sekedar pendapat saja, maaf kalo kontroversi :p

    • sungheedaebak says:

      saya sendiri setuju dengan pendapat anda, tapi saya biasa membuat draft tentang apa yang ingin saya tuliskan di blog. setelah itu baru di edit dengan memperhatikan EYD. ya.. saya merasa malas membaca tulisan yang agak ‘acak-acakan’. saya tidak mau reader blog saya menjadi malas membaca tulisan saya, makanya saya mencoba membuatnya serapi mungkin 🙂
      terima kasih sudah mampir 😀

Leave a reply to han eun jae Cancel reply