[FF] Mission Possible part 3

The war and the winner

Aku memperhatikan beberapa jet yang membawa SV-413 sudah mulai menyerang. Helikopter pun begitu. Tank baja sudah diposisinya dan bersiap menembak lawan. Tentara sudah maju, markas sudah disembunyikan. Aku membawa sebuah senapan dan dua buah pistol yang kusembunyikan di saku blazer 10 cm di atas lututku ini. Aku terdiam sebentar, menarik nafas, dan mulai berlari menuju perang senapan itu.

Aku menembakkan senapanku pada tentara di depan. Berhasil. Kena semua. Aku memasukkan peluru baru sambil mencari tempat persembunyian. Tak sengaja tubuhku membentur tubuh seseorang. Dengan cepat aku menoleh dan menghela nafas lega karena yang kutabrak adalah Hyukjae. Setidaknya ia tidak akan menempelkan pistolnya di leherku. Mungkin.

“Semur hidup aku tak akan pernah memaafkanmu!” DAR.. Hyukjae menembak salah satu tentara negara asing. Aku mendelik padanya.

“Kau..bisa-bisanya membahas masalah itu di tengah perang begini!” Aku pun menembak beberapa tentara. Bersamaan dengan itu, satu SV-413 telah mengeluarkan 5 pelurunya dalam sekali tembakan. Terdengar suara ledakan yang dasyat. Aku dan Hyukjae cepat-cepat memakai maskerku. Jangan salah, gas beracun itu bisa menyebar hingga 15 km jauhnya. Tak di sangka, negara asing membalasnya dengan melemparkan sebuah bom ke arah kami. Hyukjae langsung menarikku menjauh. Kami selamat, namun beberapa tank baja dan tentara tewas seketika. Sial. Aku langsung menembaki mereka lagi. Aku menembaki helikopter negara asing. Hyukjae membantuku. Akhirnya helikopter itu meledak dan beberapa tentara di bawahnya tewas. Ya ampun, tentara kami juga kena. Yah..resiko.

Aku melihat Elle terjatuh di tengah kerumunan. Beberapa tentara menodongkan senapannya ke arahnya. Aku melihat dia terluka. Aku bersiap keluar dari tempat persembunyian untuk menolongnya ketika tiba-tiba Hyukjae sudah mendahuluiku. Secepat kilat, ia berlari dan menggendong Elle. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku langsung menembaki tentara yang mengepung Elle tadi. Satu kena kepala, mati. Yang lain kena ulu hati, mati juga. Ah satu lagi kena kaki. Aku lalu menembak tepat di jantungnya dan tentara itu langsung tewas serta keluar darah dari mulutnya. Aku tersenyum puas. Kurasakan seseorang berlari di belakangku. Aku langsung berbalik dan menembaki tentara yang berlari ke arahku. Semua kena kepala dengan sempurna. Lalu kudengar suara ledakan lagi. Ya ampun, setengah benteng rusak! Dua buah SV-413 Bazooka pun ditembakkan dalam waktu yang bersamaan. Suara ledakan yang sangat kencang terdengar. Sangat memekakkan telinga. Tapi aku sudah sering mendengar suara semacam ini. Sudah 7 tahun aku bergelut dengan peperangan seperti ini.

Aku mengikuti Hyukjae yang masih berlari. Dia berlari menuju gudang rahasia. Dia mendobrak pintu gudang itu dan berlari masuk. Aku masuk lalu menutup pintu gudang. Hyukjae menurunkan Elle di kasur kapuk yang tergeletak di lantai. Aku terus memperhatikannya. Elle tidak apa-apa. Dia hanya kaget. Dia memang jarang turun ke medan perang. Hyukjae lalu berbalik dan menatapku. Tiba-tiba suara ledakan terdengar kembali. SV-413 kembali beraksi. Jam digital di tanganku berbunyi.

“VR 04 di sini bersama SJ 08 dan VR 08. Ada masalah?”

“VR 01. V-601 terdeteksi.” Aku kaget mendengar ucapan Michelle. Hyukjae dan Elle pun begitu. V-601 itu virus yang kucari selama ini.

“VR 04, dimana?”

“VR 01, SJ 11 yang menemukannya dengan alat buatannya. SJ 13 juga banyak membantu.” Aku tersenyum. Bagus sekali Kibum dan Kyuhyun.

“VR 04, baiklah. Temukan virus itu dalam keadaan sempurna seperti sesudah aku membuatnya. Aku tidak peduli kau mengirimkan berapa orang untuk mencari virus itu, atau berapa orang yang mati karena mencarinya. Aku hanya menginginkan virus itu.” Hyukjae menatapku terkejut. Elle juga. Alat itu kumatikan. Aku menengadah ketika tiba-tiba Hyukjae menatapku garang. Aku terdiam.

“Kau masih marah? Baiklah silahkan. Toh aku tidak akan pernah meminta maaf,” ucapku. Hyukjae hanya menunduk dan kembali menatap Elle.

“Kau tak apa?” tanyanya. Elle mengangguk. Tiba-tiba jam digital kami semua berbunyi.

“VR 03, bahaya!! BMG-55 diluncurkan! Akan terjadi ledakan sampai 2500 km! Cepat pergi dari tempat ini! Nuklir itu akan segera menyerang! SV-413 tidak bisa menahannya. Aku sudah meminta Sungmin dan Donghae membuatnya lagi tapi waktunya tidak akan cukup. Persiapkan kematianmu.” Itulah suara yang kami dengar. Aku mendengus dan segera berlari mencari mobilku. Setelah mendapatkannya aku segera menaikinya dan menarik Elle dan Hyukjae untuk segera masuk ke dalamnya.

“VR 04, minta bantuan dari SJ!” perintahku pada Fay.

“VR 03, Okey. Roger. SJ akan mengirimkan 500 unit helikopter, 2000 tank baja, dan 100 unit SV-413 tanpa pelindung. Serta 900 pesawat jet tanpa awak.” Jam pun mati. Aku mengemudikan mobilku dengan kecepatan 400 km/jam. Ini memang mobil khusus. Hyukjae dan Elle sampai ketakutan. Namun aku terus melajukan mobilku. Jam digital menyala lagi.

“VR 07, Grisel, Michelle tertangkap. Musuh mulai memasuki markas. Hubungi markas utama. SJ 08! Minta bantuan pada 3 negara bantuan kalian! Kita dalam keadaan darurat!” Aku mengumpat dalam hati. Sial sial sial. Aku pun makin mempercepat laju mobilku.

“VR 11, BMG-55 mengenai markas. Griss dan Michelle tidak ditemukan. Markas cabang hancur.” Aku marah. Ini terlalu.

“VR 04, kerahkan 5 buah SV-413 bersamaan! Bunuh semua!” bentakku. Aku terkejut ketika melihat tank baja kami sedang melintas. Aku segera menginjak rem. Kami sekarang berada di perempatan jalan. Hyukjae dengan cepat keluar dari mobil, diikuti dengan Elle. Elle langsung terduduk lemas di trotoar. Hyukjae berlari ke hadapan mobilku.

“Sudah cukup, Grisel! Kau mau kemana?!” bentaknya.

“Aku mau mencari V-601!”

“Bagaimana dengan Michelle? Griss? Kakakmu?!” bentaknya lagi. Aku membuka mulut tapi tidak mengeluarkan suara.

“Biarkan aku pergi. Kalian pulang saja,” ucapku sambil memajukan mobilku perlahan. Hyukjae semakin mundur. Jalanan di depan sedang kosong. Aku terus maju dan Hyukjae terus mundur. Sampai akhirnya Hyukjae berdri di tengah jalan. Tiba-tiba terdengar suara klakson yang memekakkan telinga. Aku segera melajukan mobilku dan menghalangi tubuh Hyukjae. Hyukjae langsung mundur beberapa langkah karena terkejut. Ternyata sebuah truk gandeng. Dan truk gandeng itu menghantam mobilku. Kurasa mobilku terlempar sampai 5 meter, mengingat betapa kencangnya truk gandeng itu menghantam mobilku. Mobilku terguling, pusing sekali ada di sini. Tapi aku terus bertahan. Pipiku sedikit tergores kaca yang pecah. Tapi sisanya tidak. Akhirnya mobilku berhenti terguling dan sialnya, berhenti dalam keadaan menyamping atau miring. Aku menyentuh kaca samping, sudah berganti menjadi aspal yang panas. Aku pun memundurkan jok ini dan berusaha bangun. Aku menginjak setir, lalu pinggiran kursi. Aku membuka pintu di atasku dan menarik tubuhku agar aku keluar dari mobil ini. Berhasil. Aku sekarang berada di atas mobilku. Aku lalu melompat turun. Aku membersihkan debu-debu di tanganku dan blazerku. Aku lalu menatap Hyukjae dan Elle yang menganga. Aku tersenyum ringan.

“Kau..kau ini manusia atau bukan sih?” tanya Hyukjae. Aku tidak menjawabnya. Untuk apa menjawab pertanyaan bodoh begitu.

“Baiklah, sekarang mau bagaimana?” tanyaku santai.

“Ish, kakiku keram tiba-tiba,” rintih Elle. Hyukjae dengan cepat langsung menolongnya. Dia memijat bagian yang sakit dengan lembut. Aku hanya menatap mereka berdua dengan tatapan yang tidak bisa ditebak.

“Romantis sekali,” cibirku. Hyukjae menoleh. Aku pun berjalan meneruskan perjalananku tadi dengan santai. Aku melirik jam digital. Radar menunjukkan V-601 sedikit lagi tercapai. Aku mengangguk samar dan berjalan lagi. Meninggalkan Hyukjae dan Elle berdua. Tapi kemudian aku cepat berbalik karena menyadari sesuatu. Aku harus membantu perang itu baru menemukan virus tersebut. Hyukjae dan Elle pun mengikutiku.

Sementara itu markas cabang telah hancur. Markas utama hancur sebagian. Tank baja banyak yang meledak. Tapi keadaan negara asing mulai terdesak. BMG-55 sudah 3 kali diluncurkan dan menewaskan banyak tentara. Termasuk Spencer, Vincent, dan Jordan. Keadaan negara pembentuk sudah mulai memprihatinkan. Callula ditahan di mobil negara asing. Beberapa experts SJ berhasil bersembunyi. Yesung ikut dengan Siwon, menembakkan SV-413 Bazooka.

“Target locked, Yesung bersiaplah,” ucap Siwon. Yesung mengenakan masker anti gas berbahaya. Siwon juga. Siwon pun menembakkan SV-413 Bazooka itu. 5 peluru keluar bersamaan dengan gas berbahaya. Mata mereka berair. Untung saja mereka sudah memakai kaca mata dan masker pelindung. Tapi tetap saja mereka terbatuk. Efek yang ditimbulkan SV-413 sangat dasyat. Yesung dan Siwon sampai sering kehabisan nafas karena gas berbahaya. Mereka sudah sedia tabung oksigen.

Peluru itu berpencar. Yang satu mengenai tank baja, meledak dengan sempurna. Yang kedua mengenai helikopter, jatuh dan meledak. Yang ketiga mengenai para tentara, seketika tanah berubah warna menjadi merah. Yang keempat mengenai BMG-55 yang sedang melncur ke arah mereka. Berhasil, BMG-55 itu hancur. Dan yang kelima menuju markas negara asing. Suara ledakan itu memekakan telinga. Yesung sampai memejamkan matanya.

“Siwon, lihat! Itu bos negara asing! Kita harus membunuhnya agar perang ini berhenti!”

“Tunggu! Grisel!” Siwon menunjuk gadis yang berada di hadapan bos negara asing. Di belakang Grisel sudah berdiri Hyukjae dan Elle. Siwon mengganti target. Dia menembakkan ke arah markas utama negara asing.

“Griselda Marchbanks, senang bertemu denganmu.” Laki-laki di hadapanku menyeringai. Umurnya sekitar 35 tahunan.

“Well, selamat bertemu kembali bos.” Aku memaksakan seulas senyum. Senyum licik. Bos itu tertawa.

“Kau tidak perlu memanggilku bos. Toh aku tidak sudi mempunyai anak buah sepertimu.” Aku mengepalkan tangan.

“Jangan anggap sungguhan, aku hanya bercanda tadi.” Aku membalasnya. Pria itu tertawa lagi. Dia menjentikkan jarinya dan beberapa tentara menahan Hyukjae dan Elle. Mereka menaruh kedua tangan Hyukjae dan Elle di balik tubuhnya.

“Kurasa kau tidak ada hubungannya dengan mereka.” Aku menunjuk Hyukjae dan Elle.

“Memang. Tapi mereka pasangan yang menarik. Aku ingin membawanya untuk dijadikan patung. Sepasang patung lilin.” Aku menggertakkan gigiku, marah akan perlakuannya. Aku mulai mengeluarkan pistolku. Aku mengarahkannya pada pria itu. Pria itu tersenyum dan mengarahkan pistolnya juga ke arahku. Aku menelan ludah. Tanganku bergerak ke samping, mengarahkan pistolku pada Hyukjae. Mereka terkejut.

“Kau mengarahkan pistolmu sendiri pada temanmu?” tanya pria itu.

“Dia bukan temanku,” ucapku dingin. Tangan kiriku membuat kode untuk Elle supaya berontak. Elle mengerti. Dia menendang kaki tentara itu dan tentara itu pun lengah. Aku langsung menembakkan pistolku pada tentara yang tadi. Pria bos itu menembakan pistolnya. Aku berkelit. Aku melepaskan borgol di tangan Hyukjae dan menembak tentara yang menahannya tadi. Pria bos itu mendekatiku. Aku menembak kakinya. Aku berbalik dan menatap ada seorang tentara yang akan menembak Hyukjae. Aku menarik pelatukku untuk menembaknya tapi sebuah tangan menggoyahkan fokusku. Peluru kutembakkan namun meleset. Malah mengenai Hyukjae. Hyukjae terkena tembakanku di pinggir pundaknya, sama seperti lukaku dulu. Dunia seakan berhenti berputar. Sekitarku terasa seperti slow motion. Hyukjae terduduk. Elle memekik. Aku menurunkan pistolku. Pria bos itu tertawa.

“Kau tega melukai temanmu sendiri! Siapa yang mengajarkanmu begini?” Dia melanjutkan tertawanya. Aku tahu, tangan yang mendorongku tadi adalah tangannya. Hyukjae menunduk memegangi lukanya. Aku pun menggerakkan kakiku mendekatinya. Aku berlari ke arahnya. Aku berlutut di hadapannya.

“Kau tak apa? Ma..ma..maafkan aku!” Aku menunduk. Hyukjae menatapku. Dia tersenyum sekilas.

“Tak apa,” ucapnya. Entah kenapa aku tiba-tiba pusing. Hyukjae tersenyum lemah ke arahku. Rasanya aku pernah melihat senyum seperti itu. Tunggu dulu..Aiden..kakak laki-lakiku pernah mengalami yang seperti ini. Aku ingat.

FLASH BACK

6 tahun lalu, saat aku berumur 14. Aku memaksa ikut perang. Dan akhirnya aku malah membunuh kakakku sendiri.

DAARR.. suara tembakan membahana. Aku baru saja menarik pelatuk pistolku. Saat membuka mata.. aku terkejut ketika melihat kakakku, Aiden, terduduk tak berdaya. Aku menembaknya. Mengenai jantungnya. Aiden semakin lemas dan akhirnya tubuhnya tergeletak di atas tanah. Aku menurunkan pistolku. Aku mengayunkan kakiku ke arahnya. Aku berlutut di hadapannya.

“Kakak..kau tak apa? Ma..ma..maafkan aku!” Aku menunduk dalam. Tak berani menatap matanya. Saat menengadah, yang kulihat adalah senyuman lemah Aiden. Griss, kakakku yang lain, berteriak histeris. Aku menitikkan air mataku.

“Kakak.. kakak maafkan aku! Aku tidak akan ikut perang lagi, maafkan aku!” seruku. Aiden mengelus kepalaku lembut.

“Ikut..perang lagi.. tapi lebih hati-hati.. jangan.. ceroboh..” Aiden tersenyum dan menutup matanya. Nafasnya berhenti. Aku memeluk tubuhnya. Griss menutup mulutnya, shock. Aku berbalik. Menatap pria yang mendorong tanganku tadi. Aku menarik pelatuk pistolku namun tak ada peluru yang keluar. Ternyata aku sudah membunuh kakakku dengan peluru terakhirku. Pria itu tertawa.

“Untuk kali ini kau kulepaskan. Nanti aku akan datang lagi.” Pria itu tertawa dan masuk ke helikopternya. Perang pun dihentikan. Aku meremas tanah.

“KAKAAAAK!!” Aku berteriak frustasi.

END OF FLASHBACK

Aku mengerjapkan mataku. Deja vu. Dengan cepat aku berbalik dan menembakkan pistolku ke pria tersebut. Karena pria itu sedang lengah, tembakanku jadi tidak meleset. Dia tewas seketika. Aku lalu menatap Hyukjae lagi. Aku mencari Spencer. Biasanya dia menolongku. Ah ya… aku lupa dia sudah meninggal, tewas terkena BMG-55 itu. Tapi Jeremy datang dan segera membopong Hyukjae. Heechul dan Donghae juga membantu. Hyukjae dibawa ke ruang medis. Sementara aku memungut pistolku dan berdiri. Aku menatap ke sekeliling. Negara asing mundur. Mereka mengaku kalah. BMG-55 menjadi milik kami. Sedikit demi sedikit helikopter, tank baja, dan tentara asing pergi. Aku memperhatikan mereka sampai menghilang dari pandangan. Aku pun berjalan lemas ke ruang medis.

Kulihat Hyukjae sedang diperban. Aku menatapnya miris. Apa ini namanya perasaan? Aku buta akan perasaan. Hanya perasaan sedih yang bisa kurasakan. Aku akan menjawab pertanyaan Hyukjae. Aku bukan manusia. Aku tidak punya perasaan. Aku hanya sebuah robot egois. Aku hanya sebuah robot yang membunuh kakakku dan melukai.. temanku.

Aku memperhatikan Hyukjae yang sekarang sedang berbaring. Caterine yang menanganinya. Aku menatap Caterine.

“Dia tidak apa-apa,” bisiknya. Aku menatap Hyukjae yang menutup matanya.  Wajahnya mengernyit menahan sakit.

“Aku tidak yakin,” ucapku pelan. Caterine menepuk pundakku.

“Setidaknya tak ada peluru yang bersarang.” Aku mengangguk sekali. Caterine pun pergi. Mataku tidak bisa lepas dari sosok Hyukjae. Aku duduk di kursi di pinggir ranjang. Sepertinya Hyukjae diberi obat tidur, dia sekarang sedang tidur. Wajahnya terlihat damai. Aku menatap tangannya yang tergeletak tak ada tenaga di atas perutnya. Aku mengangkat tanganku, mendekati tangannya dengan perlahan. Tangan kananku sudah berada di atas tangan kirinya, tapi aku terhenti. Aku mengepalkan tanganku dan segera menariknya kembali. Apa yang kulakukan?

“Hyocan.. aku tahu kau masih hidup..” Hyukjae mengigau. Hyocan? Bukankah itu adik Hyukjae? Orang yang mencuri virusku? Sadarlah Hyukjae, dia sudah mati.

“Hyocan..” tangan Hyukjae menggapai-gapai. Tangannya menyentuh tanganku yang sedang memegang pinggiran ranjang. Dia menggenggam tanganku dan menariknya ke atas dadanya. Aku bisa merasakan debaran jantungnya.

“Itu pasti kau, Hyocan. Kau yang menungguiku..” Aku menatapnya heran. Aku tidak mengerti. Hyocan sudah mati. Kenapa dia beranggapan bahwa yang menungguinya itu Hyocan?

“A..” Aku ingin mengucapkan sesuatu tapi kubatalkan. Biarlah, sepertinya dia senang bertemu adiknya lagi di alam mimpi. Aku membiarkan tanganku digenggamnya. Lama-lama aku mengantuk. Aku meletakkan kepalaku di pinggir ranjang dan perlahan mataku menutup. Aku tertidur dengan posisi yang sama seperti tadi.

Aku membuka mataku. Tanganku sudah bebas. Tapi kenapa aku sendirian di sini? Kemana Hyukjae?

“Hyukjae sudah ke markas utama. Aku juga mau kesana. Kau mau ikut? Michelle, Griss dan yang lainnya juga sudah di sana.” Aku melihat siapa yang bicara. Oh.. Yesung. Aku pun mengangguk. Kami pun menaiki mobilnya menuju markas utama.

Di sana, di ruang rapat yang besar sudah duduk semua experts SJ, Michelle, Griss, dan Fay. Aku pun bergabung. Mataku menatap Hyukjae sekilas. Dia sedang menunduk. Aku lalu kembali menatap ke depan.

“Negara asing sudah kalah, mereka bergabung pada kita.” Jungsoo mengumumkan. Hening. Entahlah, seharusnya kami merasa senang.

“V-601 sudah terlacak. Kita akan melakukan pencariannya hari ini.” Michelle melanjutkan. Aku menyandar pada sandaran kursi.

“Tim tidak tibagi. Kita semua bersatu mencari V-601. Senjata yang akan kita gunakan untuk perlindungan adalah V-154. V-601 terlacak di tempat dimana benda itu menghilang untuk pertama kali. Di tempat Grisel membunuh adik Hyukjae.” Aku menopangkan kedua tanganku di meja. Aku melirik Hyukjae yang sedang mengusap wajahnya.

“Baiklah.. kita mulai sekarang,” ucap Michelle.

“Tunggu! Rasanya sudah berhari-hari aku tidak makan.” Kami yang baru setengah berdiri menatap Shindong yang berbicara. Kami saling bertatapan. Jungsoo menghela nafas.

“Baiklah. Kita makan dulu.” Jungsoo memutuskan.

Dan disinilah kami berdiri sekarang. Di tanah kosong dimana aku membunuh Hyocan. Radar di tangan Hangeng terus berbunyi. Berarti V-601 memang ada di daerah sini. Tak lama lagi.

Aku menatap gudang tua di hadapan kami. Ini tempat V-601 di simpan setelah Hyocan mengambilnya.  Tanpa ragu-ragu aku masuk ke dalamnya. Terdapat banyak benda yang tidak berguna. Kami terbatuk sebentar. Aku pun menuju sebuah pintu reyot. Dengan sekali tendangan, pintu itu ambruk. Aku masuk ke dalamnya dan menjelajahi ruangan kecil itu. Itu dia. Di dalam kotak kaca, terdapat kotak berwarna hijau gelap. Itu kotak virusku. Senyumku melebar. Aku hendak memecahkan kaca itu ketika seseorang menahan tanganku.

“Aku ada di sini untuk membuka kaca itu.” Hyukjae langsung mencari tombol-tombol untuk mengetikkan kode. Setelah menemukannya dia lalu mengetikkan sesuatu. Dan kotak kaca itu terbuka. Aku mengambil kotak itu. Aku tertawa pelan.

“Tak kusangka semudah ini menemukanmu.” Aku berjalan ke mobil. Semua pun mengikuti. Kami kembali ke markas utama

Aku membuka sebuah pintu besar tempat penyimpanan virus. Ruangan tinggi lebar yang diisi berbagai kotak dengan warna yang berbeda. Tepat 5 meter dihadapanku, terdapat satu tempat yang kosong. Aku berjalan mendekati tempat itu dan meletakkan V-601 di sana. Aku menyeringai. Sekarang lengkap sudah. Aku sudah tidak membutuhkan SJ lagi. Enyahlah SJ.

To be continued

19 thoughts on “[FF] Mission Possible part 3

  1. hyunyoo-superwonwon says:

    onn!!!¤peluk¤ PARAH KEREN!!KAYA DI FILM!!! ai…onn kok bisa,sih?? aku juga bikin malah jadi ff psycho. DAEBAAK!! lanjut ya onn^^ dan salam kenal. saya fans onn, park hyun yoo ¤sksd¤

    • sungheedaebak says:

      tunggu tunggu, umurmu berapa sih? aku baru 14 tahun lho… hahaha
      wah..fansku nambah lagi nih hehehe gomawo ya
      ini karena otak kekanakan aku lagi muncul. hahahahaha
      saya idola kamu, lee sunghee *narsis stadium 5*

  2. Ami_cutie says:

    tidaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkk( histeris)
    nisa..ajarin aku bikin ff kayak gini…
    ya ampun..keren sangat…aku berani kasih rating 4/5 deh…

  3. haeny_elfishy says:

    woa ! daebak ! keran sangad ni ff ! thumb up ! dah ga tau mo ngomong apa lagi . . . speechlees <- bener kan tulisannya ? hohoho

Leave a comment