Dujun menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia melongokkan kepalanya untuk melihat gedung yang ada di samping kirinya dengan lebih jelas. Gedung itu tampak tua dan tidak terawat. Retakan terlihat di sana-sini. Catnya telah memudar. Dulu gedung itu pasti berwarna biru cerah, seiring dimakan usia, gedung itu tampak berwarna abu-abu kusam.
“Err..” Dujun mengusap tengkuknya. “Kau yakin ini tempatnya?”
Lee Joon membaca alamat yang tertera di secarik kertas di genggamannya. “Ya, memang ini tempatnya. Ayo.”
Mereka berdua turun dari mobil dan melangkahkan kaki mereka ke dalam gedung tua tersebut. Mereka disambut oleh sayup-sayup suara musik dari lantai atas. Tanpa membuang banyak waktu, Joon dan Dujun pun segera menuju ke lantai atas.
Apa yang mereka lihat benar-benar diluar dugaan. Lantai 2 gedung ini ternyata kosong melompong, tanpa ruangan, hanya ada satu toilet di pojok ruangan. Dindingnya dilapisi dengan cermin, lantainya licin dan bersih. Di sudut sebelah kiri dekat dengan cermin besar, terdapat sebuah sound system yang sedang memutar lagu bergenre RnB. Di tengah ruangan terdapat 6 orang remaja laki-laki yang sedang menari mengikuti irama. Di hadapan mereka berdirilah sang tutor yang sedang mengamati setiap gerakan mereka.
Itulah target Joon dan Dujun yang pertama. Kang Raeki.
Continue reading →